Sukses dengan reboot film ” Pengabdi Setan”, sutradara Joko anwar mencoba lagi formula horor film terbarunya berjudul “Perempuan Tanah Jahanam”.
Dikisahkan, Maya (Tara Basro) jatuh bangun hidup di kota tanpa keluarga, ia hanya memiliki sahabat bernama Dini. Saat usaha bersama mereka membutuhkan modal lebih, Maya yang mendapatkan informasi bahwa dia mungkin memiliki harta warisan dari keluarganya yang kaya di desa, membuatnya pergi mengunjungi kampung halaman yang tak pernah dikenalnya itu.
Sesampainya di kampung yang jauh terpencil di tengah hutan, Maya dan Dini sampai di rumah besar yang kosong. Situasi sekitar juga terlihat aneh, salah satunya banyak kuburan anak-anak. Hingga pada suatu malam, Maya mendengar jeritan perempuan yang hendak melahirkan. Maya menuju asal suara dan menyaksikan proses kelahiran anak tersebut. Dari situlah, sedikit demi sedikit, misteri kampung yang kini ditinggali Maya dan Dini mulai terungkap.
Pada 2018, rumah produksi Base Entertainment yang didirikan Shanty Harmayn mempresentasikan skenario Perempuan Tanah Jahanam kepada Ivanhoe Pictures. Ivanhoe Pictures perusahaan film di Los Angeles, AS, yang memproduksi film Crazy Rich Asians dan The Wailing.
Tertarik, Ivanhoe Pictures ikut memproduksi film Perempuan Tanah Jahanam bareng CJ Entertainment dari Korea Selatan, Rapi Films, dan Logika Fantasi yang dipimpin oleh Tia Hasibuan. “Tantangan terbesar, mencari lokasi yang sesuai dengan skenario,” cuit Joko Anwar di Twitter.3 dari 6 halaman
Skenario film Perempuan Tanah Jahanam menggambarkan Desa Harjosari dikelilingi empat jenis hutan, yang terluar berupa hutan pinus. Kemudian, hutan homogen kayu-kayu besar, hutan bambu, dan hutan heterogen di dekat desa.
“Karena enggak mungkin nemuin semua ini di satu lokasi, kami mencari banyak lokasi di sepanjang Jawa Timur. Rumah besar dalam cerita Perempuan Tanah Jahanam akhirnya kami temukan di Banyuwangi, rumah tua yang memang sudah tidak dihuni hampir 30 tahun. Kondisinya sangat cocok untuk cerita,” ujarnya.
Setelah tiga bulan mencari lokasi, Joko Anwar dan tim mendapat informasi tentang desa di tengah hutan yang ada sejak era 1940-an untuk tempat tinggal penduduk yang bekerja di perkebunan. Namun tidak ada akses mobil ke sana.
Yang paling lama ditemukan, kuburan. “Untuk mencari kuburan yang berkarakter, indah, sekaligus creepy butuh waktu tiga bulan untuk mendatangi puluhan kuburan. Tidak ada yang cocok, kami tak mau kompromi. Akhirnya kami temukan di Lumbang, Jawa Timur. Kebetulan banyak kuburan anak kecilnya,” beri tahu Joko Anwar.5 dari 6 halaman
Tantangan lain, merancang schedule untuk syuting di banyak tempat, dengan waktu hanya 28 hari. Karena ini film thriller yang belum terbukti bisa laku di Indonesia, Joko Anwar dan tim tak berani menganggarkan bujet besar.
Asisten sutradaralah yang paling pusing bikin schedule. “Sementara itu, kami membuka akses jalan ke desa terpencil tempat syuting Perempuan Tanah Jahanam supaya bisa dilalui mobil. Karena jalanan licin dan berbatu, tiap mobil harus ditarik dengan mobil all-terrain vehicle,” cerita sutradara Janji Joni dan Pintu Terlarang.6 dari 6 halaman
Ada saja cobaan yang menghampiri selama syuting film Perempuan Tanah Jahanam. Salah satunya, penyakit.
“Jadi, waktu syuting Perempuan Tanah Jahanam saya kena demam berdarah, diopname (di rumah sakit selama) delapan hari di Bangil. Syuting libur delapan hari,” ungkap Joko Anwar di Twitter.
Tiap hari produksi tetap harus keluar uang banyak untuk membayar akomodasi kru dan sewa alat. Pembengkakan biaya ini berdampak pada terkikisnya bujet promosi film. “Maaf kalau saya promosi terus di Twitter ya, teman-teman,” pungkas Joko Anwar.